00.13

ADAT PERNIKAHAN cina


Pernikahan


Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilinial yang terdiri atas marga / suku yang tidak terikat secara geometris dan teritorial, yang selanjutnya telah menjadi satu dengan suku-suku lain di Indonesia. Mereka kebanyakan masih membawa dan mempercayai adat
leluhurnya. Tulisan ini membahas dua upacara adat yang cukup dominan dalam kehidupan yaitu tentang adat pernikahan dan adat kematian.

ADAT PERNIKAHAN
Upacara pernikahan merupakan adat perkawinan yang didasarkan atas dan bersumber kepada kekerabatan, keleluhuran dan kemanusiaan serta berfungsi melindungi keluarga. Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat, tetapi terdapat berbagai variasi menurut tempat diadakannya; yaitu disesuaikan dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada masa lampau.
Umumnya orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Indonesia membawa adat
istiadat dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Salah satu adat yang seharusnya mereka taati adalah keluarga yang satu marga (shee ) dilarang menikah,karena mereka dianggap masih mempunyai hubungan suku. Misalnya : marga Lie dilarang menikah dengan marga Lie dari keluarga lain, sekalipun tidak saling kenal. Akan tetapi pernikahan dalam satu keluarga sangat
diharapkan agar supaya harta tidak jatuh ke orang lain. Misalnya : pernikahan dengan anak bibi (tidak satu marga, tapi masih satu nenek moyang).
Ada beberapa yang sekalipun telah memeluk agama lain, seperti ka****k
namun masih menjalankan adat istiadat ini. Sehingga terdapat perbedaan di dalam melihat adat istiadat pernikahan yaitu terutama dipengaruhi oleh adat lain, adat setempat, agama, pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.




UPACARA-UPACARA YANG DILAKSANAKAN DALAM PERNIKAHAN
Pesta dan upacara pernikahan merupakan saat peralihan sepanjang kehidupan manusia yang sifatnya universal. Oleh karena itu, upacara perkawinan selalu ada pada hampir setiap kebudayaan. Demikian pula halnya dengan adat pernikahan orang Tionghoa yang mempunyai
upacara-upacara antara lain :
A. Upacara menjelang pernikahan :

Melamar : Yang memegang peranan penting pada acara ini adalah mak comblang.                   Mak comblang biasanya dari pihak pria.
Penentuan : Bila keahlian mak comblang berhasil, maka diadakan penentuan bilamana                     antaran/mas kawin boleh dilaksanakan.
Prosesi Seserahan Adat Tionghoa atau Sangjit
Dalam rangkaian adat Tionghoa, Sangjit dilakukan setelah acara lamaran. Hari dan waktu yang baik untuk melakukan Sangjit ini ditetapkan pada saat proses lamaran tersebut. Dalam prakteknya, Sangjit sering ditiadakan atau digabung dengan lamaran. Namun sayang rasanya meniadakan prosesi yang satu ini, karena makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya sangat indah.“Secara harfiah, Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses seserahan. Atau proses kelanjutan lamaran dari pihak mempelai pria dengan membawa persembahan ke pihak mempelai wanita,” jelas Anthony S. dari Anthony S. Musical Connections.
Prosesi ini biasanya dihadiri rombongan pria yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar (saudara dari orang tua, sepupu) atau teman-teman dekat jika dibutuhkan,” ungkap Henry dari Wine Wedding Planner. Sangjit biasanya diadakan antara 1 bulan sampai 1 minggu sebelum acara resepsi pernikahan dan berlangsung siang hari antara jam 11.00 sampai dengan 13.00 WIB dilanjutkan dengan makan siang.

Tata Caranya
Wakil keluarga wanita beserta para penerima seserahan (biasanya anggota keluarga yang telah menikah) menunggu di depan pintu rumah.Dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan, rombongan pria pun datang membawa seserahan ke rumah si wanita. Rombongan ini terdiri dari: wakil keluarga serta para gadis/pemuda yang belum menikah pembawa nampan seserahan. Oh iya, di beberapa adat orang tua pria tidak ikut dalam prosesi ini. Seserahan diberikan 1 per 1 secara berurutan, mulai dari seserahan untuk ke-2 orang tua mempelai wanita, lalu untuk mempelai wanita, dan seterusnya.
Barang seserahan yang sudah diterima oleh pihak mempelai wanita dibawa ke dalam kamar untuk diambil sebagian. (lihat paragraf berikut)
Dilanjutkan dengan ramah tamah.
Pada akhir kunjungan, barang-barang seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan seserahan pada keluarga pria berupa manisan (seperti permen/coklat) dan berbagai keperluan pria (baju, baju dalam, sapu tangan. Wakil keluarga wanita juga memberikan ang pao ke tiap-tiap pembawa seserahan yang biasanya terdiri dari para gadis/pemuda yang belum menikah tersebut (ang pao diberikan dengan harapan agar enteng jodoh). Jumlahnya variatif, biasanya sekitar Rp. 20.000 – Rp. 50.000.

Barang-barang seserahan Sangjit
Sebelum keluarga calon pengantin pria memutuskan barang apa yang akan dibawa, sebaiknya didiskusikan bersama keluarga si wanita terlebih dahulu. Barang-barang ini tentu saja memiliki makna simbolis yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi mempelai pria. Setelah ditentukan, barang-barang tersebut diletakkan dalam nampan-nampan yang berjumlah genap, biasanya maksimal berjumlah 12 nampan. 
Hal yang menarik saat acara ini adalah bahwa sebagian besar barang-barang seserahan ini sebaiknya sebagian dikembalikan lagi pada keluarga pengantin pria. Karena, bila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada hubungan lagi antara si pengantin wanita dan keluarganya. Namun bila keluarga wanita mengembalikan separuh dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih bisa turut campur dalam keluarga pengantin.

Barang-barang seserahan biasanya terdiri dari :
Alat-alat kecantikan dan perhiasan untuk mempelai wanita (kadang-kadang juga sepatu untuk hari H) Pakaian/kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria.Uang susu (ang pao) dan uang pesta (masing-masing di amplop merah). Pihak mempelai wanita biasanya hanya mengambil uang susu, sedangkan untuk uang pesta hanya diambil jumlah belakangnya saja, sisanya dikembalikan. Contoh uang pesta sebesar: Rp. 1.680.000,- namun yang diambil hanya Rp. 80.000,- Apabila keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta, artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai keluarga wanita.
Tiga nampan masing-masing berisikan 18 buah (apel, jeruk, pear atau buah yang manis lainnya sebagai lambang kedamaian, kesejahteraan dan rejeki). Pihak mempelai wanita mengambil separuhnya, sisanya dikembalikan.
2 pasang lilin merah yang cukup besar diikat dengan pita merah, sebagai simbol perlindungan untuk menghalau pengaruh negatif. Lilin motif naga dan burung hong lebih disukai. Pihak mempelai wanita mengambil 1 pasang saja. Sepasang kaki babi (jika tidak ada dapat digantikan dengan makanan kaleng) beserta 6 kaleng kacang polong. Pihak mempelai wanita mengambil separuhnya. Satu nampan berisikan kue mangkok berwarna merah sebanyak 18 potong, sebagai lambang kelimpahan dan keberuntungan. Pihak mempelai wanita mengambil separuhnyan. Satu nampan berisikan dua botol arak atau sampanye. Pihak mempelai wanita mengambil semuanya, dan ditukar dengan dua botol sirup merah dan dikembalikan ke pihak mempelai pria.
Seniman kain dan pakar batik Obin ternyata juga seorang tokoh yang sangat concern dan mendalami adat istiadat Tionghoa. Selain barang-barang di atas, menurutnya proses Sangjit ini bisa juga ditambah dengan Kue satu, terbuat dari kacang hijau yang dijual satu-satu, artinya dua kebahagiaan menjadi satu.Kaca, artinya berkaca pada diri sendiri, self conscious-morality.
Uang-uangan dari emas yang di-emboss kata ‘fuk’, yang dalam bahasa Indonesia berarti hoki/untung.
Dua bundel pita berupa huruf Cina yang berarti double happiness, artinya agar happy sampai tua nanti.
Buah-buahan
Buah atep yang disepuh merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya rame, happy, banyak sahabat dan keturunan.
Buah leket, artinya agar nempel dan lengket sampai kapan pun.
Buah atapson dari Kalimantan yang tumbuh di atas atap. Kalau sudah mulai muntah, mual-mual dikasih buah ini untuk memancing kehamilan.
Buah pala, tumbuh tegak lurus dimana pun dia ditanam, artinya kalau lurus, baik-baik saja maka dimana pun dia berada tetap tidak berubah.
Tunangan : Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling
memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing, seperti yang telah
diuraikan pada Jelajah No. 3.
Penentuan Hari Baik, Bulan Baik : Suku Tionghoa percaya bahwa dalam
setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya.
Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat
mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus
dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda
yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan
bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang
purnama.


B. Upacara pernikahan :
3 - 7 hari menjelang hari pernikahan diadakan "memajang" keluarga
mempelai pria dan famili dekat, mereka berkunjung ke keluarga mempelai
wanita. Mereka membawa beberapa perangkat untuk meng-hias kamar
pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih
lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin.
Ada upacara makan-makan. Calon mempelai pria dilarang menemui calon
mempelai wanita sampai hari H
Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan, ada upacara "Liauw
Tiaa". Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman
calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran
sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada
malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman
putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria
melihat-lihat calonnya (mencari pacar).

C. Upacara Sembahyang Tuhan ("Cio Tao")
Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun,
adakalanya upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam
menjelang pernikahan.
Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
. Penghormatan kepada Tuhan
. Penghormatan kepada Alam
. Penghormatan kepada Leluhur
. Penghormatan kepada Orang tua
. Penghormatan kepada kedua mempelai.
Meja sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam
buah, a.l. Srikaya, lambang kekayaan.
Di bawah meja harus ada jambangan berisi air, rumput berwarna hijau yang
melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan garis
tengah ?2 meter dan di atasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan,
sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang
umur dan setia.
Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju
"Pao". Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan
kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta
bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.
D. Ke Kelenteng
Sesudah upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara
penghormatan kepada Tuhan Allah dan para leluhur.


E. Penghormatan Orang tua dan Keluarga
Kembali ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga,
kerabat dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan "ang pauw" baik
berupa uang maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan
bangun. Dapat juga sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.

F. Upacara Pesta Pernikahan
Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian
"ala barat". Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain.
Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ).
Mengundang kiangsay untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria
masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita.

G. Upacara sesudah pernikahan
Tiga hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :

Teh Pai

teh pai adalah setelah acara pernikahan dimana seluruh sanak
keluarga dari keluarga suami maupun istri memberikan hadiah sebagai
dasar pembangunan keluarga yang menikah, dimana dalam Teh pai ini
pihak tertua biasanya memberikan petuah kepada orang akan menikah, dalam membina rumah tangga mereka.
Selesai memberi petuah mereka memberikan hadiah biasanya berbentuk
perhiasan, uang, alat kebutuhan rumah tangga sebagai tanda membantu perekonomian keluarga mereka.
tiga hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari :
1. Cia Kiangsay
2. Cia Ce'em
Pada upacara menjamu mempelai pria ("Cia Kiangsay") intinya adalah
memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita.
Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama.
Sedangkan "Cia Ce'em" di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh
keluarga besar mempelai wanita.
Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah
famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina
yang lebih sederhana.
PERUBAHAN YANG BIASA TERJADI PADA ADAT UPACARA PERNIKAHAN
Ada beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti :
Mengusir setan atau mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang
ditabur menjelang mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Demikian
juga dengan pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.
Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya :
Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah diadakan di rumah,
tetapi untuk yang beragama kr****n tetap ke Gereja dan upacara di
Gereja. Perubahan makin tampak jelas, upacara di Kelenteng diganti
dengan di gereja. Pengaruh pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan
upacara.Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah
dipengaruhi oleh teknologi canggih.Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat
pernikahan Tionghoa mengalami masa transisi. Hal ini ditandai dengan
terpisahnya masyarakat dari adat pernikahan tersebut melalui pergeseran
motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.
Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang
upacara adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar.
Kebanyakan upacara pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.

PERUBAHAN YANG BIASA TERJADI PADA ADAT UPACARA PERNIKAHAN
Ada beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti :
Mengusir setan atau mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang
ditabur menjelang mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Demikian
juga dengan pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.
Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya :
Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah diadakan di rumah,
tetapi untuk yang beragama kr****n tetap ke Gereja dan upacara di
Gereja. Perubahan makin tampak jelas, upacara di Kelenteng diganti
dengan di gereja Pengaruh pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan
upacara.
Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara
yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah
dipengaruhi oleh teknologi canggih.
Menyajikan Teh pada Upacara Pernikahan
Teh banyak digunakan pada perayaan-perayaan masyarakat Tionghoa, termasuk acara pernikahan, karena merupakan minuman rakyat dan menyajikan teh merupakan sebuah bentuk tanda hormat.

Biji bunga teratai yang biasanya digunakan dalam teh pada acara pernikahan memiliki maksud. Kata "teratai" dengan "tahun" memiliki bunyi yang hampir sama, meskipun artinya berbeda, sehingga orang Tionghoa percaya bahwa menaruh benda-benda itu pada teh akan membantu pasangan yang baru menikah untuk melahirkan banyak anak, sehingga orang tua kedua mempelai akan memiliki banyak cucu.

Biji teratai / Lian Zi diibaratkan sebagai Nian Zi, atau secara lengkap adalah Nian Nian You Zi, yang dapat diartikan setiap tahun memiliki anak.

Apabila terdapat tunas yang telah muncul pada biji teratai tersebut, maka jangan lupa untuk menghilangkannya karena tunas tersebut memiliki rasa yang pahit.

Menyajikan teh dengan memegang alas cangkir teh memakai kedua belah tangan adalah sebuah bentuk penghormatan.

Saat menyajikan teh, pengantin wanita berada di sebelah kanan dari pengantin pria. Secara mudahnya adalah pengantin wanita berada di sebelah kanan dari pundak kanan pengantin pria.

Contohnya adalah ketika mempersembahkan teh ke orang tua pengantin pria, maka pengantin wanita berlutut di depan ayah pengantin pria, dan pengantin pria berlutut di hadapan ibunya.

Disamping menyajikan teh kepada orang tua, mereka juga menyajikan teh kepada yang lebih tinggi tingkatannya dan yang lebih tua dengan menyebutkan tingkatan, misalnya paman pertama, bibi ketiga, kakak kedua, dan sebagainya.

Penyajian teh dilakukan secara berurutan dari anggota keluarga yang tertinggi tingkatannya.

Contoh urutannya adalah kakek dan nenek dari ayah pengantin pria, lalu kakek dan nenek dari ibu pengantin pria, orang tua pengantin pria, setelah itu kakak.

Pengantin pria dan wanita akan berlutut, sedangkan yang mendapat penghormatan akan duduk, jika tingkatan dari yang mendapat penghormatan lebih tinggi, seperti kakek, ayah, atau paman.

Sedangkan jika yang mendapat penghormatan tidak lebih tinggi tingkatannya, namun tentunya harus lebih tua, seperti kakak, maka pengantin pria dan wanita tidak perlu berlutut.

Sebagai balasan, pasangan itu akan menerima Hong Bao / Angpao yang berisi uang atau perhiasan.
http://www.friendster.com/group-discussion/index.php?t=msg&th=1300235&start=0&
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua






 

 

 

Upacara amal perkawinan tradisional



Kelahiran

Sewaktu Mengandung

Berbagai bentuk adat resam dan pantang larang diamalkan oleh wanita masyarakat Cina semasa mengandung dan juga selepas bersalin untuk memastikan bayi yang bakal lahir itu tidak ditimpa kejadian buruk seperti keguguran, kecacatan atau kematian. Wanita-wanita masyarakat Cina yang mengandung sentiasa diberikan kawalan ketat di dalam setiap tindak-tanduk dan kegiatan seharian mereka. Dalam masyarakat Cina ibu mertua bertanggungjawab menjaga wanita mengandung dan bukannya suami. Masyarakat Cina juga amat mementingkan anak lelaki. Ini kerana anak lelaki boleh melanjutkan keturunan mereka melalui pewarisan nama nenek moyang. Anak perempuan hanya menjadi milik ibu bapa buat sementara waktu sahaja dan apabila berkahwin, mereka dianggap menjadi milik keluarga suaminya.

Pantang Larang
Terdapat banyak pantang larang yang perlu dipatuhi semasa mengandung dan diantaranya ialah tidak dibenarkan melakukan kerja-kerja seperti memaku kerana dikhuatiri bayi yang lahir akan mengalami kecacatan. Wanita hamil juga perlu mengawal tingkah laku seperti tidak mengeluarkan kata-kata kesat dan dilarang memukul binatang. Ini bertujuan menghindari bayi dari terkena badi. Mereka juga digalakkan bekerja supaya mudah bersalin. Sebarang konflik atau perselisihan perlu dihindari supaya kandungan tidak mengalami sebarang gangguan. Memberi nama kepada bayi yang belum lahir semasa mengandung juga adalah antara pantang larang dalam masyarakat Cina. Ini adalah untuk mengelakkan perasaan kecewa bila harapan tidak tercapai. Selain itu wanita hamil tersebut tidak digalakkan terlalu kerap menggosok perut mereka kerana bayi yang lahir kelak akan mempunyai sifat yang manja.
Dari segi penjagaan makanan, wanita yang hamil dilarang sama sekali makan makanan yang tajam seperti nenas dan mangga serta tidak digalakkan makan banyak kerana ditakuti bayi akan menjadi besar dan ini akan membuatkan ibu sukar untuk bersalin. Untuk menentukan samada kandungan itu lelaki atau perempuan, maka masyarakat Cina melihat bentuk perut wanita yang hamil, terutama apabila kandungan berusia empat bulan ke atas. Jika perut ibu agak bulat, bayi yang dikandung adalah perempuan dan sebaliknya lelaki jika perut kelihatan tajam.

selepas Lahir
Adat-adat berikut diamalkan oleh masyarakat Cina selepas melahirkan bayi.
Berpantang
Wanita-wanita Cina yang baru melahirkan anak terpaksa berpantang selama empat puluh hari hari. Ibu tidak dibenarkan mandi air sejuk kerana dibimbangi masuk angin. Pusat bayi yang baru dilahirkan diikat dan dililit dengan sehelai kain pada perutnya. Ini bertujuan untuk mengelakkan perut bayi dimasuki angin dan untuk mengeringkan tali pusat. Pusat bayi yang tenggelam ke dalam adalah petanda bagi masyarakat Cina. Anak tersebut dipercayai akan menjalani kehidupan yang senang pada masa depan. Manakala pusat yang tersembul dikaitkan dengan hidup yang kurang baik. Bayi yang baru lahir selalu diperhatikan bentuk fizikalnya oleh orang-orang tua. Mereka akan mengaitkan telinga yang lebar dan tebal sebagai bakal menjalani kehidupan yang kaya. Masyarakat Cina mempercayai sekiranya terdapat lebih daripada satu pusar di atas kepala, bayi akan menjadi nakal dan tidak mendengar kata.
Dari segi pemakanan, masyarakat Cina menggunakan sejenis arak yang dibuat daripada beras yang diperam dalam masakan mereka. Arak tersebut dimasukkan bersama-sama ayam, halia dan lada, kemudiannya digoreng. Masakan panas dan pedas ini dipercayai dapat mengeluarkan angin daripada badan wanita yang bersalin disamping menguatkan semula tenaga.
Kenduri
Seperti masyarakat Melayu, masyarakat Cina juga turut mengadakan kenduri yaitu apabila bayi mencapai umur sebulan. Kuih khas yang berbentuk bulat berwarna merah dan kuning yang berintikan kacang dan tau su serta telur yang diwarnai merah kemudiannya diberikan kepada saudara-mara yang terdekat. Mereka yang mendapat kuih dan telur ini akan membalasnya dengan membawa hadiah berupa pakaian bayi dan pati ayam untuk ibu-ibu.
Mencukur Rambut
Seperti masyarakat Melayu, masyarakat Cina juga mengamalkan adat mencukur rambut Mereka mencukur rambut bayi kerana beranggapan rambut bayi yang dilahirkan adalah rambut sementara. Rambut yang tumbuh semasa dalam kandungan perlu dicukur untuk menumbuhi rambut baru. Adat ini sebagai pengiktirafan terhadap kelahiran orang baru ke dalam masyarakat.
Memberi Nama
Nama orang Cina terdiri dari 3 perkataan yang dimulai dengan nama keluarga. Patah kata kedua mewakili nama segenerasi di kalangan adik-beradik dan sanak-saudara. Nama ketiga pula merupakan nama bagi panggilan diri sendiri. Sistem nama yang baik perlu mengambil kira makna , unsur Yin dan Yang serta dibuat mengikut perhitungan matematik Cina. Terdapat lima aspek penting yang perlu diberi perhatian dalam memberi nama bayi yang baru lahir. Nama yang diberi haruslah mengandungi maksud yang baik seperti lambang kekayaan, kemewahan dan kesejahteraan.
Bunyi nama mestilah sedap didengar.Nama mestilah dibuat berdasarkan kiraan matematik iaitu angka yang terhasil tidak bertentangan dan seelok-eloknya sepadan. Nama yang diberikan patut mempunyai timbangan unsur Yin dan Yang yang sama berat. Nama mestilah mempunyai lima unsur iaitu emas, air, api, tanah dan kayu serta saling melengkapi. Oleh yang demikian, nama seseorang bayi harus disusun secara seimbang yang mengandungi unsur Yin dan Yang. Kegagalan memberikan nama yang baik juga akan mempengaruhi perjalanan hidup seseorang, samada akan ditimpa kecelakaan atau mendapat kesejahteraan.
Kerumitan orang Cina memilih nama yang sesuai untuk seseorang bayi kadangkala menyebabkan mereka mengambil masa yang agak lama, khususnya bagi mereka yang masih terikat dengan adat yang terpaksa merujuk kepada kitab-kitab tertentu.
Meninggal
Pengenalan
         Masyarakat Cina begitu berpegang teguh kepada adat resam yang berkaitan dengan soal-soal kematian. Setiap adat yang dijalankan mempunyai maksud yang tersendiri. Berikut adalah penerangan mengenai adat resam masyarakat Cina berkaitan kematian.

Semasa Meninggal
        Apabila berlaku kematian, mayat akan dibersihkan dan dimandikan sebagai memberi penghormatan terakhir kepada si mati. Setelah dimandikan mayat disapu dengan minyak wangi dan disolek. Ia bertujuan untuk mengharumkan si mati terutama apabila berada di alam akhirat. Kemudiannya mayat tersebut dipakaikan dengan pakaian yang cantik. Lazimnya pakaian tersebut adalah pakaian yang dipakai ketika hari perkahwinan.Oleh itu adalah menjadi kewajipan masyarakat Cina menyimpan pakaian perkahwinan untuk dipakai sewaktu meninggal dunia. Si mati turut dipakaikan dengan aksesori yang lain terutamanya wanita. Kemudian mayat akan dimasukkan ke dalam keranda yang diperbuat daripada kayu yang diukir menarik. Bagi yang kaya, keranda diukir dengan bersalutkan logam. Ini adalah untuk menunjukkan kedudukan seseorang semasa hidupnya.
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina6.jpg
Penghormatan terakhir kepada si mati
Apabila berlaku kematian, ahli keluarga, saudara-mara dan sahabat handai dikehendaki menangis atau meratapi pemergian si mati. Tangisan ini perlu dilakukan dengan kuat apabila si mati diletakkan di ruang tamu sehinggalah diusung ke kawasan perkuburan ditanam. Lazimnya tangisan yang dilakukan perlu diselitkan dengan kata-kata yang menunjukkan si mati telah membuat jasa. Tangisan ,mengungkit keburukan si mati dilarang sama sekali. Jika ini berlaku, roh si mati tidak akan tenteram dan si mati akan tersiksa. Ada juga segelintir masyarakat Cina yang melupuskan hutang piutang si mati dengan alasan untuk mententeramkan si mati agar tidak disoal di alam akhirat kelak. Tangisan ahli keluarga terutama ibu bapa atau saudara yang lebih tua lebih baik dan ini digalakkan dalam masyarakat Cina. Selain itu masyarakat Cina juga akan mengupah lebih ramai untuk menangisi si mati. Tangisan yang kuat terutama dalam perjalanan menuju ke kawasan perkuburan amat digalakkan. Tangisan ini seolah-olah menggambarkan kesedihan keluarga dan sahabat handai terhadap kematian itu. Tangisan akan berlanjutan sehingga mayat dikebumikan.
          Seterusnya mayat akan dibawa ke jirat atau tanah perkuburan untuk dikebumikan. Pada zaman dahulu masyarakat Cina mengusung mayat dengan menggunakan pengusung yang diperbuat daripada kayu yang diukir menarik . lazimnya ukiran tersebut mengikut status si mati. Sekiranya si mati daripada golongan berada, ukiran lebih halus dan menarik berbanding golongan biasa. Namun pada zaman sekarang mayat yang telah diletakkan ke dalam keranda akan dimasukkan ke dalam lori kecil yang dikhaskan untuk menghantar mayat ke tanah perkuburan.
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina2.jpg
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/cina1_kakitinggi.jpg
Penghormatan terakhir
Mayat diarak ke jirat
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/cina3_berarak.jpg
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/cina4_berarak.jpg
Ahli keluarga berarak ke jirat
Keranda dibawa dengan van
          Semasa mengiring mayat dari rumah ke kawasan perkuburan, pelbagai jenis lagu akan mengiringinya. Lagu tersebut adalah berbentuk agama atau lagu-lagu tradisional masyarakat Cina sebagai lambang kesedihan atau takziah. Tidak kurang juga mereka mendendangkan lagu kegemaran si mati ketika hidup. Lazimnya pemuzik tersebut ditempah khas untuk mengiringi jenazah. Iringan muzik akan bermula dari rumah sehinggalah mayat dikebumikan. Biasanya iringan muzik tidak akan berhenti-henti supaya si mati dapat dihiburkan sehingga berada di alam akhirat.Lazimnya pada hari tersebut, ahli keluarga si mati akan memakai baju berwarna hitam. Warna lain tidak digalakkan, apatah lagi warna merah yang dikatakan mempersenda si mati dan keluarganya.
         Baju yang berbunga juga dilarang dalam upacara kematian tersebut. Pakaian ahli keluarga si mati adalah seperti jubah hitam yang lengkap dengan topi. Kemudian mereka akan memakai baju jejaring yang diperbuat daripada jut atau sabut. Baju ini dipakai di bahagian luar baju hitam. Ketika mayat diusung dengan menggunakan lori khas, beberapa kertas yang disalut logam akan dicampak sepanjang sepanjang perjalanan. Mengikut kepercayaan masyarakat Cina cara ini adalah untuk memastikan roh boleh berjalan pulang ke rumah berpandukan kertas tersebut.
 Semasa Pengebumian
         Mayat akan dimasukkan ke dalam liang lahad yang sedia digali dan lubang tersebut haruslah besar supaya boleh memuatkan keranda. Bagi masyarakat Cina tradisional, mereka memasukkan pelbagai jenis harta milik si mati. Oleh itu liang lahad perlu besar untuk menampung harta milik si mati. Ini adalah penting untuk menunjukkan darjat si mati ketika di dunia dan diketahui oleh orang lain di akhirat kelak. Kini amalan tersebut telah berkurangan kerana telah banyak kejadian menggali lubang kubur dilaporkan sehingga amalan tersebut tidak           dilakukan lagi. Hanya kertas yang bercop bentuk duit sahaja digunakan bagi mengelak kejadian mengorek lubang kubur oleh mereka yang tidak bertanggungjawab.
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina1.jpg
Upacara pengebumian
Bagi masyarakat Cina Kawasan perkuburan yang strategik memainkan peranan penting kerana menjadi lambang kebahagiaan yang bakal dikecapi apabila seseorang telah meninggal dunia. Kawasan perkuburan yang terletak di kawasan yang tinggi adalah lebih baik jika dibandingkan dengan tanah yang rata. Kebanyakan tanah perkuburan terletak di kawasan yang berhampiran jalan raya. Mengikut kepercayaan masyarakat Cina, kawasan seperti itu akan memudahkan roh si mati menemui jalan pulang.
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina3.jpg

Upacara pengebumian
Selain itu tanah perkuburan juga dihias dengan menarik. Terdapat beberapa hiasan yang cantik samada daripada ukiran, warna, atau bentuk. Ukiran ini sebagai melambangkan kekayaan si mati ketika hidup. Kubur atau jirat yang besar dan mempunyai bentuk yang menarik menjadi lambang kemewahan. Ini bermakna si mati layak menikmati kemewahan selepas mati seperti ketika hidup. Oleh itu tidak hairanlah masyarakat Cina menyediakan jirat yang besar dan mewah untuk ahli keluarga yang meninggal dunia.

Selepas Meninggal
       Selepas Meninggal, ahli keluarga akan menjalani adat berkabung. Baju hitam dipakai beberapa hari sehinggalah hari perkabungan tamat. Setelah itu barulah pakaian warna lain boleh dipakai. Bagaimanapun bagi isteri yang Meninggal suami atau suami yang kematian isteri akan terus memakai baju tersebut lebih lama sebagai berkabung.
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/jeratchina2.jpg
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/jeratchina1.jpg
Jirat cina biasanya dibina di kawasan berbukit
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina4.jpg
http://malaysiana.pnm.my/01/cinamati/kematian_cina5.jpg
Upacara menyembah kubur






 

2 komentar:

pesanonline mengatakan...

wow.. mantap informasinya.

souvenir gelas kediri

Unknown mengatakan...

halo mas, boleh tau sumbernya dari mana? karena saya sedang tulis skripsi. terimakasih :) (kalau ada tolong kirim ke email saya raahaniar@gmail.com)

Posting Komentar